Awal Mula Kedatangan Lokomotif dan Kereta Baru di Indonesia Pasca Kemerdekaan
Pasca kolonialisasi, pemerintah Indonesia mengambil kebijakan untuk melakukan nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia, salah satunya adalah Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda. Perusahaan ini berganti nama menjadi Djawatan Kereta Api (DKA). DKA mewarisi armada lokomotif, kereta serta gerbong yang berumur tua serta banyak yang rusak akibat perang. Untuk memodernisasi armada sarananya, DKA memesan lokomotif, kereta dan gerbong baru ke berbagai perusahaan di luar negeri.
Beberapa perusahaan lokomotif yang DKA pesan adalah Fried Krupp, GE-Alco, dan Henschel, namun dikarenakan Jerman merupakan negara yang sangat ahli dan berpengalaman dalam membuat lokomotif pada saat itu, DKA memesan unit yang banyak kepada beberapa perusahaan lokomotif di Jerman pada saat itu.
Lokomotif D52, Salah satu jenis lokomotif yang dipesan oleh DKA kepada Friedd Krupp
Bisa dikatakan hampir satu dekade, Jerman Barat merajai perkeretaapian di Indonesia dengan produk-produknya, Namun di pertengahan 1960-an terjadi sebuah perubahan, sejumlah besar kereta penumpang mulai berdatangan dari Republik Demokratik Jerman atau yang biasa disebut Jerman Timur.
Salah satu kereta dengan tempat tidur buatan Gorlitz Waggenbau, Jerman Timur buatan tahun 1967 (Foto oleh : Lee Tjeng Tjiao)
Sebagai negara Non-Blok, Indonesia dengan bebas mengadakan perdagangan dengan negara manapun termasuk negara komunis.
Kereta Penumpang buatan Jerman Timur tersebut langsung didinaskan pada rangkaian kereta reguler pada saat itu, mulai dari kelas ekonomi, bisnis, sampai kereta tidur bima yang mahsyur, ada yang diproduksi oleh VEB Wagenheber dan sebagian lagi diproduksi oleh Gorlitz.
KA Bima yang ditarik menggunakan Lokomotif BB 301 buatan Krupp serta menarik rangkaian Kereta Buatan VEB Wagenheber (Foto oleh : Unknown)